Search This Blog

HEADLINE: Kepentingan Politik di Balik Perpecahan Alumni 212?

Ditilik dari asal-usulnya, Gerakan 212 lahir muncul pada 2 Desember 2016, untuk memprotes Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama atas tuduhan penistaan agama. Setelah Ahok lengser dan dipenjara, tujuan mereka pun bercabang. Ada aroma politik di balik itu. 

Juru bicara Presidium Alumni 212, Aminudin mengaku, pihaknya menolak mencampurkan urusan politik dengan persoalan keumatan.

"Saya kira, kami akan menjadikan umat sebagai poros tengah, kekuatan tengah. Jangan lagi dipermainkan partai politik atau kepentingan-kepentingan yang sifatnya jangka pendek," kata Aminudin. 

Senada, Kuasa Hukum Persaudaraan Alumni 212, Kapitra Ampera menyarankan agar para ulama dapat melepas keulamaannya bila ingin terjun dalam politik praktis. 

Apalagi, keikutsertaan seorang ulama dalam politik praktis akan menimbulkan pro dan kontra dalam masyarakat.

"Jadi kalau dia mau masuk (politik), tapi lepaskan (keulamaanya), karena risikonya ada. Setiap pilihan ada risiko setiap dia masuk dalam partai politik pasti ada kompetitor ada kelompok yang suka ada kelompok yang tidak suka, untuk itulah jangan menyentuh politik praktis," kata Kapitra di Masjid Raya Al-Ittihad, Tebet, Jakarta Selatan, Sabtu 27 Januari 2018. 

"Jangan melakukan gerakan politik praktis. Sulit orang membedakan mana parpol dan mana organisasi masyarakat." Ia menambahkan, alumni 212 hanya bisa berpolitik praktis lewat jalur parpol. 

Sementara, Ketua Garda 212, Ansufri Idrus Sambo memiliki pandangan berbeda perihal urusan politik.

"Kita tidak bisa pisahkan politik dengan gerakan ulama," jelas Sambo. Bahkan, ia menambahkan, gerakan 212 termasuk gerakan politik.

"Memangnya, 212 kemarin itu bukan gerakan politik? Cuma kan soft politics bukan high atau politik praktis," ucap Sambo. Hanya saja, ia tidak menyetujui apabila gerakan 212 diklaim sebagai partai politik.

Sambo memastikan bahwa Garda 212 tidak terjun ke politik partis. Pihaknya hanya menyalurkan simpatisan 212 yang memiliki bakat di bidang politik. Semuanya melalui proses politik yang sewajarnya.

Sambo mengaku telah mempersiapkan sistem rekruitmen yang akan dilangsungkan mulai Maret nanti.

Sebelumnya, pada Sabtu 13 Januari 2018, di Kawasan Kemang, Sambo mengaku punya jalur kuat dengan petinggi Partai Gerindra, PKS, PAN, dan PBB.

Dia juga menyebut nama Ketua Umum Gerindra Prabowo Subianto. Menurutnya, mantan Danjen Kopassus itu memiliki tiga syarat bagi alumni 212 yang ingin berpolitik. Salah satunya, setiap calon harus memiliki dana untuk maju kontestasi.

"Pak Prabowo tanya uangnya cukup enggak untuk bertarung, kalau cukup itu bisa. Emang high cost sangat mahal, orang maju pasti harus punya dana. Itu faktanya," ujar dia.

Sambo menambahkan, syarat lainnya adalah kesiapan alumni 212 untuk membantu pemenangan Prabowo dalam Pilpres 2019.

Let's block ads! (Why?)

Baca Dong Selanjut nya http://news.liputan6.com/read/3244039/headline-kepentingan-politik-di-balik-perpecahan-alumni-212

Bagikan Berita Ini

0 Response to "HEADLINE: Kepentingan Politik di Balik Perpecahan Alumni 212?"

Post a Comment

Powered by Blogger.